Arsip

Posts Tagged ‘Sulaymaniyah’

Cerita Suly – Kejujuran Tidak Selalu Berbanding Terbalik dengan Ekonomi

24 November 2011 9 komentar

Tak ada orang yang ingin sakit, begitupun aku. Bahkan disini (Sulaymaniyah, Iraq -red), kawan2 pun mengingatkan untuk dilarang sakit (sakit kok dilarang). Bukan karena alasan pekerjaan atau mahalnya biaya pengobatan, tapi karena disini fasilitas kesehatan masih terbilang minim. Pemerintah dan swasta memang saat ini sedang berlomba2 untuk membangun rumah sakit yang memadai, namun yaa.. masih dibangun.. hehe.



Dua hari lalu, larangan itu pun terpaksa kulanggar. Bukan karena sok atau ingin coba, tapi memang kondisi cuaca saat ini sudah mulai musim dingin. Ditambah lagi pola hidup bujangan yang makan, tidur, melek agak gak jelas, ga heran kalau tiba2 hari itu aku terbangun dengan urat leher yang kaku dan sakit di bagian belakang kepala. Kuanggap itu biasa saja “ah paling salah bantal” (hehe, bantal disalahin :p), namun yang terjadi sakitnya makin menjadi2. Malam itu aku sama sekali tidak bisa tidur di kasur, hanya bisa duduk bersandar dengan kepala tegak sambil menahan sakit di leher dan kepala.


Berbagai macam cara sudah kucoba, mulai dari yoga, pijet2, nungging2, sampe pake koyo cabe, tolak angin, panadol, dan conterpain yang memang kusiapkan dari Indonesia, sia2 saja, ga ada yang mempan :P, terpaksa lah aku ke dokter.


Berbekal nomer kenalan seorang kawan dari Indonesia, aku coba hubungi dia tuk antar ke dokter. Dari keterangan di nomer yang dikirim sih katanya supir taxi. Dengan susah payah karena perbedaan bahasa (sama2 pas2an bahasa inggrisnya.. haha) aku diminta nemuin dia di sebuah mall, dia bilang nanti temannya yang akan antar. Ya sudahlah, aku pun ga ngerti mau dia apa.. aku sempat agak emosi juga.. lha wong mau ke RS kok malah disuruh ke mall dulu.. piye tho.. tapi daripada penasaran, aku ikut aja saran dia.


Disana, setelah ketemu, dia bilang sedang sibuk jaga toko (nah lho, tadi infonya supir taxi, kok tau2 penjaga toko), jadi dia minta temannya tuk antar aku ke dokter (sidik punya sidik, ternyata kawan dari Indonesia salah save di hapenya..halah). Tanpa perasaan canggung karena baru kenal dsb, kawan2 baru ini (berdua) rela mengantarku ke RS (yang ternyata hanya klinik kecil). Dan tidak hanya nganter, mereka pun menunggu sampai selesai berobat, mulai dari daftar, cek dokter, ambil obat, semua mereka dampingi, serasa memang keluarga sendiri aja.. kagum campur haru rasanya dalam hati, bagaimana mungkin orang yang belum pernah bertemu sebelumnya bisa demikian akrab, demikian baiknya..


Sebetulnya ga heran juga melihat ramahnya dan tulusnya orang2 Suly. Itu kurasakan sejak pertama aku tiba disini. Tak segan menyapa, itu kesan pertamaku. Semakin kutau,

malah makin heran..hehe. Orang2 Suly memang mayoritas Muslim, tapi kebanyakan dari mereka bukanlah Muslim yang taat, sholat pun mungkin sebagian saja, minum2.. hehe, itu bagian dari tradisi mereka. Tapi kalau bicara masalah akhlak, ini yang aku kagumi, jujur.


Pendapatan rata2 penduduk disini aku yakin tidak terlalu besar, mungkin sama saja seperti di Indonesia. Tapi masalah kejujuran, hoho… don’t ask.. jauh banget lah. Biasa kan liat jembatan busway bisa bolong2 dicolong? ga heran kan liat copet dimana2? tapi disini.. mobil parkir sembarangan.. material2 proyek ditaruh sembarangan aja gitu.. taxi ga nipu.. how come? berarti ekonomi pas2an bukan alasan dong ya tuk tidak jujur.. tanya ken..apa?

Kategori:around us Tag:,

Welcome to Sulaymaniyah

25 Oktober 2011 12 komentar

Ga pernah kusangka dan kurencanakan sebelumnya, bahwa cap pasporku yang pertama adalah Kurdistan. Untuk yang belum tahu dimana Kurdistan, ini adalah daerah teritori Irak, namun penduduknya mayoritas adalah suku Kurdi. Baik bahasa, kebudayaan, bahkan benderanya pun bendera Kurdi. Itulah mengapa yang mengeluarkan Visa pun bukan Pemerintah Irak, namun Kurdistan Regional Goverment, that’s how they named it.





“Ngapain jauh2 ke Irak”? that’s a good question. Nambah pengalaman, buka wawasan, ah basi. Sejujurnya ya untuk nyari uang. Karena di Indonesia kebetulan belum dapat tawaran sebesar disini.. hehe..


Anyway, kaget juga. Tidak seburuk yang kukira, Sulaymaniyah, kota dimana aku tinggal, sedang berkembang pesat sekali. Memang disana sini masih terlihat wilayah gersang seperti biasanya ditemui di wilayah timur tengah, namun terlihat pula gedung2 bertingkat yang sedang dibangun, mal, rumah sakit, universitas, sekolah internasional, dan apartemen, seperti berlomba2 untuk menjadi yang terbaik. Design-nya pun modern. Tidak kalah dengan bangunan2 di Jakarta. Bahkan beberapa jembatan penyeberangan di jalur protokol sini menggunakan eskalator. HAHA..








Penduduknya sangat ramah, disini, sebagaimana biasa kita temui di pedesaan di Indonesia, masyarakatnya mayoritas terbiasa untuk mengucapkan salam pada setiap orang yang ditemui, no matter who we are or who they are. Kebiasaan bercengkrama di warung teh atau warung makan seperti mengingatkan kembali arti bersaudara.


tea group




Tidak hanya ramah, mereka juga jujur. itulah mengapa kotanya pun sangat aman. Masyarakat seperti tidak kuatir untuk meninggalkan kendaraan mereka di luar rumah di malam hari.


Cuaca saat ini di bulan Oktober mulai memasuki musim “winter”, walaupun cerah, namun siang haripun aku masih bisa merasakan dinginnya hembusan angin. Terutama karena tempat tinggalku di wilayah anak gunung. Pagi dan malam hari terasa seperti di puncak pas, hanya saja tentu dengan humidity yang rendah membuat kulit menjadi begitu kering.


3 minggu sudah kurang lebih aku menetap di Suly (panggilan lain untuk Sulaymaniyah), merasakan kota yang tenang, jauh dari hiruk pikuk Jakarta. Merasa hidup tidak lagi sekedar terhimpit dalam kemacetan panjang.. Hmmhh..


Hanya jauhnya keluarga yang membuat hidup disini masih kurang sempurna.. 🙂